Skripsi Model PAKEM PTK
By.Sukiman
S.Pd
STKIP Taman Siswa Bima
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan investasi sumber daya manusia dimasa depan. Kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan di samping perluasan kesempatan belajar juga ditekankan
pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai upaya
terus di lakukan pada tiap satuan pendidikan. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menerapkan
metode atau pendekatan pembelajaran yang baru. Metode atau pembelajaran tersebut
perlu di uji cobakan penerapannya agar dapat digunakan oleh para guru dan dapat
di sesuaikan dengan situasi dan kondisi di setiap sekolah (Suharno, 2004).
Mata
pelajaran Fisika di SMP yaitu untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta
keterkaitan antara konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
yang diketahui pada saat sekarang ini pencapaian tujuan pengajaran Fisika belum
berhasil dengan baik di sebabkan karena adanya berbagai hambatan berupa : GBPP
yang padat dengan bahan pelajaran yang harus di ajarkan sedangkan waktu untuk
mengajarkan semua pelajaran itu relatif sedikit, jumlah siswa yang di tangani
guru banyak.
Oleh karena
itu, pelajaran Fisika memerlukan suatu cara pembelajaran siswa yang dapat
mengatasi semua hambatan tersebut. Karakteristik Fisika yang sedemikian rupa,
membuat belajar Fisika merupakan
kegiatan mental yang tinggi. Pemahaman suatu teorema, dalil, sifat, atau
definisi dalam Fisika memerlukan waktu yang relatif lama dan memerlukan
ketekunan dan kesungguhan. Karakteristik Fisika tersebut juga menyebabkan Fisika
merupakan pelajaran yang sulit dipahami, membosankan, menakutkan, atau dengan
kata lain Fisika merupakan pelajaran yang menjadi momok bagi siswa. Dalam
rangka perbaikan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berbagai
pihak melakukan kajian analisis serta melihat perlunya penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dimaksudkan untuk membekali siswa dengan berbagai kompetensi atau kemampuan
yang telah distandarkan.
Rendahnya
prestasi belajar siswa disebabkan oleh karena selama pembelajaran guru masih
menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional. Dimana aktivitas dalam proses belajar mengajar masih
dalam tingkat mencatat, mendengar dan memperhatikan penjelasan guru. Dengan
model pembelajaran semacam ini siswanya kurang berperan aktif dalam proses
belajar mengajar dan siswa akan menjadi cepat jenuh, sehingga motivasi dalam
belajar menjadi berkurang. Untuk menyikapi hal tersebut guru dituntut untuk
lebih kreatif dalam menerapkan model belajar yang tepat dalam proses belajar
mengajar, lebih-lebih kurangnya alat peraga dalam mendukung pembelajaran.
Dari uraian
di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Implementasi Model PAKEM dilengkapi Tugas Terstruktur dan Pemanfaatan
Benda-benda Sekitar Dalam Proses Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Pokok Bahasan Besaran dan Satuan Siswa Kelas VII.1 SMP Negeri 5 Monta
Tahun Pelajaran 2012/2013”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Guru kurang menerapkan metode pembelajaran
yang bervariasi
2. Alat peraga yang mendukung pembelajaran
masih sangat kurang
3. Guru kurang memberi motivasi terhadap
siswa
4. Hasil belajar siswa yang kurang memuaskan
C.
Batasan Masalah
Untuk
mengarahkan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian ini diberikan batasan
masalah sebagai berikut:
- Penelitian
ini diterapkan pada pokok bahasan besaran dan satuan di kelas VII.1 siswa
SMP Negeri 5 Monta
- Proses
belajar yang dimaksud aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model PAKEM dilengkapi tugas terstruktur dan pemanfaatan
benda-benda sekitar
- Hasil
pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai atau skor
yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Implementasi Model PAKEM
dilengkapi tugas terstruktur dan pemanfaatan benda-benda sekitar dalam proses
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
besaran dan satuan siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 Monta tahun pelajaran
2012/2013?
E.
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 Monta tahun pelajaran 2012/2013 dengan
model PAKEM dilengkapi tugas terstruktur dan pemanfaatan benda-benda sekitar
pada materi besaran dan satuan.
F.
Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
a. Memperoleh pengalaman tentang Penelitian
Tindakan Kelas.
b. Memperoleh variasi srategi pembelajaran.
2. Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan, keterampilan
proses hasil belajar dalam pembelajaran.
b. Memperoleh pengalaman belajar mandiri
sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
3. Bagi Sekolah
a. Memperoleh panduan pembelajaran yang
dianjurkan dalam kurikulum
b. Model PAKEM dapat dikembangkan di
kelas-kelas lain.
G.
Definis Operasional Variabel
1. Hasil belajar
Hasil
belajar, pengertiannya telah dijelaskan pada penegasan istilah dalam judul,
yaitu perolehan setelah proses belajar. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan
adalah perolehan nilai tes siswa. Penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan dapat dilihat dari pencapaian nilai tes yang dilaksanakan pada akhir
pembelajaran.
2. Model PAKEM.
Model PAKEM
dilengkapi tugas terstruktur dan pemanfaatan benda-benda sekitar merupakan
model pembelajaran yang dapat dikembengkan atau diinovasi sesuai dengan situasi
dan kondisi, baik pada siswa, lingkungan sekolah, maupun materi yang akan
diajarkan sehingga pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
- Pengertian Belajar
Agar
seseorang dapat menguasai suatu bidang ilmu, dibutuhkan suatu proses belajar.
Adapun pengertian belajar menurut pakar adalah sebagai berikut:
a. Skinner
Skinner
dalam Dimyati (2002: 90) berpandagan bahwa belajar adalah suatu perilaku.Pada
saatorang belajar,maka responnya menjadi lebih baik.Sebaliknya jika tidak
pernah belajar maka responnya akan turun.
b. Gagne
Gagne dalam
Dimyati (2002: 10) belajar adalah kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang
berubah menjadi memiliki keterampilan,pengetahuan,sikap, dan nilai.
c. W.H Burton
W.H Burton
dalam Muh Uzer Usman (1995; 2), belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu
,individu dengan lingkunganya,sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.Dalam pengertian terdapat kata ‘’perubahan’’ yang berarti bahwa
seseorang telah belajar mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek
pengetahuannya, ketrampilannya, maupun sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari
tidak sopan menjadi sopan
- Pembelajaran Fisika
Djamarah
(1994) mengungkapkan bahwa belajar
merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik menuju pengembangan pribadi
manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta. rasa dan karsa, ranah kognitif,
efektif dan psikomotorik. Hasil dari
aktifitas belajar ini berupa perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Perubahan yang terjadi pada dasarnya merupakan usaha dari individu
itu sendiri dalam interaksi dengan linkungannya. Interaksi yang dimaksud adalah
interaksi yang memungkinkan terjadinya poses belajar mengajar.
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang umtuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam pelajaran adalah perubahan secara sadar, perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku ( Slameto, 2003).
Belajar
pada hakikatnya adalah menyempurnakan potensi atau kemampuan pada organisme
biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar
dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam belajar akan mencakup dua hal yaitu
latihan latihan dan penambahan/memperoleh tingkah laku baru (Notoatmojo.2003
hal :36-37). Jadi , belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan suatu
perubahan yang bermakna dalam diri individu yang diperlukan dalam hubungan
manusia dengan dunia luar dan dalam kehidupan bermasyarakat.Bheta Nurita Sari
(2007) memberikan beberapa cara metode yang dapat di tempuh oleh guru agar
pelajaran fisika lebih mudah bagi siswa sehingga siswa dalam belajar tidak lagi
merasa terpaksa melainkan merasa sebagai suatu kewajiban bahkan belajar fisika
menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Metode atau cara yang
perlu dilakukan tersebut antara lain:
1. Memberikan pengantar yang baik; dalam
memulai pokok bahasa atau bab yang baru, siswa butuh suatu pengantar yang baik,
agar merasa nyaman dalam menerima transfer ilmu. Pengantar yang dimaksud
menyangkut gambaran singkat tentang apa yang di pelajari.
2. Memulai dengan hal-hal yang mudah; saat
masuk kesuatu pokok bahasa. Sebaiknya di awali dengan penjelasan yang
sederhana, mudah di cerna, di sertai dengan contoh-contoh soal serta contoh-contoh latihan yang mudah
pula.
3. Dilakukan secara bertahap; proses
pembelajaran hendaknya dilakukan secara bertahap. Baik dari segi penyampaian
materi maupun dari tingkat kesulitan soal.
4. Gamblang; penjelasan suatu konsep fisika
haruslah gamblang, jangan biarkan siswa menangkap suatu konsep secara
samara-samar. Karena ini akan menjadi beban bagi siswa di masa selanjutnya.
5. Ilustrasi yang membantu pemahaman;dalam
pembelajaran fisika penggunaan ilustrasi merupakan alat yang efektif dalam
menanamkan pemahaman kepada siswa.
6. Analogi membangun imajinasi; analogi juga
merupakan cara yang efektif dalam membangun imajinasi dan daya nalar siswa.
7. Alat Bantu eksperimen untuk memperkuat pemahaman;
Fisika merupakan ilmu alam, dan mempelajarinya tentu tak bisa lepas dari
eksperimen. Kadang hanya lewat eksperimen siswa dapat meyakini suatu hal yang
sepintas tidak sesuai dengan logika mereka. Selain itu. Media elektronik juga
baik untuk di manfaatkan dalam pembelajaran.
8. Permainan untuk membangun suasan; proses
pembelajaran tidak bisa di paksakan bila kondis siswa sudah jenuh. Hal tersebut
di atasi dengan mengadakan permainan dimana siswa-siswa diberi
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang d ajarkan.
Soal-soal
standar untuk melatih skill; dalam
menghadapi evaluasi belajar. Selain di perlukan pemahaman konsep juga di
perlukan keterampilan menjawab soal. Keterampilan ini dapat ditingkatkan dengan
banyak mengerjakan latihan soal-soal fisika.
Usman
(2000), menyebut bahwa proses pembelajaran merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Proses pembelajaran fisika mengandung serangkaian perbuatan guru fisika dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal balik antara guru fisika dan
siswa syarat utama berlangsungnya proses pembelajaran fisika.
Menurut
kurikulum 1994, secara umum pembelajaran bertujuan untuk mengatasi
konsep-konsep fisika dan saling berkaitannya, serta untuk memecahkan
masalah-masalah yang di hadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang
Maha Esa; dan secara khusus pada setiap pokok bahasan tujuan tersebut di
jabarkan dengan pola: mampu melakukan pengukuran, mampu melakukan percobaan dan
bernalar melalui diskusi untuk memahami konsep-konsep,hukum-hukum,serta
menerapkanya untuk memecahkan masalah- masalah yang berkaitan (GBPP bidang
studi fisika kurikulum 1994 SMU).
Pembelajaran fisika menjadi
humanistis bila guru mengakui dan menerapkan atau memperlakukan siswa sebagai
subjek atau pribadi yang memiliki sifat-sifat tersebut, dan pengakuannya di
manifestasikan dalam proses pembelajaran. yaitu memberi kesempatan kepada siswa
seluasnya agar mereka dapat mengembangkan diri, hingga potensinya, pribadinya,
sikapnya. Berkembang menuju taraf yang lebih baik atau lebih
sempurna(Driyarkara. 1987. 19890)
- Hasil Belajar
Hasil
belajar, pengertiannya telah dijelaskan pada penegasan istilah dalam judul,
yaitu perolehan setelah proses belajar. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan
adalah perolehan nilai tes siswa. Penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diajarkan dapat dilihat dari pencapaian nilai tes yang dilaksanakan pada akhir
pembelajaran.
Dalam
(Dimyati dan Mudjiono,2002), menyatakan bahwa pada panggal proses belajar,
dilakukan tes hasil belajar. Jenis tes yang digunakan sebagai tes lisan atau
tulisan.Tes tertulis terdiri dari tes objektif dan tes uraian atau
essay.Kelebihan testertulis adalah sebagai berikut:
1)
Penguji
dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas.
2)
Obyektifitas
pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi.
3)
Penguji
dapat menguasai soal-soal yang merata pada pokok pembahasan.
4)
Penguji
mudah menentukan standar nilai.
5)
Dalam
pengerjaan siswa dapat m emilih menjawab urutan soal sesuai dengan kemampuan.
Kelebihan tes uraian atau
essay adalah sebagai berikut:
1)
Penguji
dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar.
2)
Penguji
dapat memperoleh data yang obyektif
- Model Pakem
Telah dijelaskan
pada penegasan istilah dalam judul, model PAKEM berarti pada pola Pembelajaran
yang aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam Materi Pelatihan
Terintegrasi (Depdiknas,2004;13) dijelaskan bahwa PAKEM bertujuan untuk
menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih melengkapi siswa dengan
keterampilan-keterampila, pengetahuan dan sikap bagi kehidupannya kelak. Guru
menciptakan suasana sehingga siswa aktif bertanya, memberikan tanggapan,
mengungkapkan ide, mendemostrasikan gagasan atau idenya.
Dengan
memberikan kesempatan siswa aktif akan mendorong kreativitas siswa dalam
belajar, maupun dalam memecahkan masalah. Kreatif di artikan guru memberikan
variasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membuat alat Bantu belajaf, serta
menciptakan teknis-teknis mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa dan tujuan belajarnya, siswa akan kreatif jika diberi kesempatan untuk
merancang/membuat sesuatu, menuliskan ide, atau gagasan. Kegiatan tersebut akan
menciptakan rasa keingintahuan dan imajinasi. Apabila suasana belajar yang
aktif, kreatif, terjadi akan mendorong siswa menyenangi dan memotivasi siswa
untuk terus belajar. Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar
yang “hidup”, terkondisi untuk terus, ekspresi, dan mendorong pemusatan
perhatian siswa terhadap belajar. Agar menyenangkan diperlukan
penguatan/penegasan, memberi pengakuan dan merayakan hasil kerja kerasnya
dengan tepuk tangan.
Inti dari
PAKEM adalah kerja sama kelompok dan kegiatan siswa yang dilakukan harus
menatang siswa untuk mengembangkan berbagai kompetensi seperti berpikir
kreatif, mengungkapkan pikiran, dan memecahkaqn masalah secara mandiri. Siswa
duduk berkelompok dalam rangka memudahkan interaksi antara siswa. Siswa dapat
mendiskusikan maslah, dan membandingkan hasil kerjannya. Dua hal tersebut
sangat penting untuk mengembangkan berbagai keterampilan.
Namun
demikian tugas secara individu tetap harus diperhatikan, karena dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi tugas utama guru
adalah mengembangkan potensi setiap siswa. Setiap anak perlu
mengembangkan keterampilan atau memecahkan masalah secara mandiri
- Tugas Terstruktur
Tugas
terstruktur merupakan pekerjaan yang sudah diatur dan wajib untuk dikerjakan.
Dalam (Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Depertemen Pendidikan
Nasional, 2007:19), disebut bahwa penugasan terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran yang dilakukan peserta didik
dan dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik. Tugas terstruktur harus diselesaikan dengan
waktu maksimum 50% dari jumlah waktu
tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini, tugas terstruktur meliputi: mempelajari,
menulis rangkuman, menulis pertanyaan, dan mengerjakan soal-soal.
Materi
tugas terstruktur ini merupkan materi yang akan dibahas pada saat pembelajaran
dengan mempelajari tugas terstruktur untuk materi yang akan diajarkan
diharapkan siswa sudah memiliki bekal informasi, pengetahuan, dan masalah yang
akan didiskusikan pada saat pembelajaran. Dengan demikian siswa lebih mudah
menerima atau menguasai materi yang diajarkan. Dalam hal ini tugas terstruktur
disajikan dalam bentuk modul. Modul dapat memuat berbagai macam kegiatan belajar
seeperti membaca, memperhatikan gambar, melihat film, mendengarkan audio,
melaksanakan demontrasi, serta eksperimen. Modul paling tidak berisi tentang
petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan
soal, petujuk kerja berupa LKS, evaluasi
- Benda-benda Sekitar
Benda-benda
sekitar yang dimaksudkan dalam penelitian ini benda-benda di sekeliling siswa,
sehingga siswa sering melihat dan mudah didapatkan. Benda-benda tersebut
dimaksudkan sebagai alat peraga.
Apabila
dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide disertai dengan bantuan
benda-benda kongkrit, anak akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajari.
Siswa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil,realistik dan
kontekstual secara tepat. Dalam tahap ini anak memperoleh penguatan yang
diakibatkan interaksinya dengan benda-benda kongkrit yang dimanipulasi
B.
Penelitian Yang Relevan.
Sebelum adanya penelitian ini, ada penelitian atau tulisan yang telah
dilakukan oleh penulis atau peneliti sebelumnya yang membahas tentang metode PAKEM,
seperti pada:
1. Agus Muji Widodo (2006) dengan judul “Meningkatkan hasil
belajar biologi siswa dengan menggunakan metode PAKEM pada materi
Keanekaragaman Mahluk Hidup, siswa SDN Negeri 2 Gondang Sragen tahun pelajaran
2006/2007. dengan hasil penelitian hasil pengamatan dan refleksi dari siklus I,
II, dan III diperoleh ketuntasan belajar siswa untuk keaktifan berturut-turut
75 %, 82,5 %, dan 92,5 %; keterampilan proses berturut-turut 75 %, 80 %, dan
87,5 %; hasil belajar siswa berturut-turut 75 %, 82,5 %, 85 %. Dalam penelitian
menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar yang meliputi keaktifan,
keterampilan proses, dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dapat mencapai
tolok ukur yang telah ditentukan, yakni minimal 85% dari jumlah siswa aktif,
terampil, dan tuntas hasil belajar. Tolok ukur tercapai pada penelitian siklus
III. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang telah dilaksanakan berhasil.
2. Sukardin (2003) dengan judul “pengaruh
metode (PAKEM) dalam meningkatkan prestasi belajar Fisika pada materi
pengukuran siswa kelas V SDN Negeri 1 Margosari tahun pelajaran 2003/2004”
dengan hasil penelitiannya terdapat pengaruh penerapan metode PAKEM dalam
meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa pada materi pengukuran. Hasil
penelitian dengan mengunakan analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa
nilai r hitung = 0,605 berada pada arah yang positif, sedangkan uji
signifikansi kofesien korelasi menunjukkan bahwa rt pada taraf signifikansi 5 %
sebesar 0,396.
C.
Kerangka Berpikir
Penelitian ini didasarkan pada
kerangka berpikir sebagai berikut: Dalam rangka meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas VI.1 SMP Negeri 5
Monta tahun pelajaran 2012/2013 pada materi Gaya dalam penelitian ini peneliti
menawarkan pembelajaran dengan model PAKEM.
Adapun bagan kerangka berpikir
adalah sebagai berikut:
D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
tindakan penelitian adalah dengan implementasi model PAKEM dilengkapi tugas
terstuktur dan pemanfaatan benda-benda sekitar dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 Monta tahun pelajaran
2012/2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Secara
sederhna PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali
yang terdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau
calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
sistim, cara kerja, proses, isi, kopetensi atau situasi pembelajaran. (Susilo,
dkk.2008:1)
Jenis
penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di
lapangan (Usman,2008). Pada PTK ini penelitiannya dilakukan secara sistematis
terhadap berbagai aksi atau tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti,
mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di kelas
yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dilakukan.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat
penelitian
Tempat penelitian ini
dilakukan di SMP Negeri 5 Monta Kecamatan Monta Kabupaten Bima.
- Waktu
penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
pada semester I tahun pelajaran 2012/2013
C.
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah Siswa kelas VII.1 SMP Negeri 5 Monta Kecamatan Monta
Kabupaten Bima tahun pelajaran 2012/2013.
D.
Prosedur Tindakan dan Rancangan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah
didesain pada faktor yang diselidiki.
Tiap siklus dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah atau rencana
tindakan untuk masing-masing siklus sebagai berikut:
- Perencanaan
Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
a. Membuat skenario pembelajaran
b. Membuat lembar pembelajaran
c. Mendesain lembar evaluasi
d. Mendesain lembar observasi kegiatan siswa
dan guru
- Pelaksanaan
Adapun
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan adalah:
a. Tahap pra pembelajaran
b. Tahap pembelajaran
- Evaluasi
Evaluasi
hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan memberikan tes
berupa soal essay.
- Refleksi
Adapun
kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi antara lain:
a. Menilai hasil tes
b. Menilai kekurangan-kekurangan dalam proses
belajar mengajar serta aktivitas siswa.
c. Mengadakan perbaikan untuk melaksanakan
siklus berikutnya.
Sedangkan
untuk tindakan pada siklus II ditentukan dari hasil refleksi dari siklus I.
Bagan siklus
penelitian akan digambarkan sebagai berikut:
Gambar :3.1.
Bagan siklus penelitian tindakan kelas
E.
Instrumen Penelitian
Yang menjadi instrumen dalam
penelitian ini adalah:
1. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan
yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan
keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis
yang berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, kecerdasan, reaksi
motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya (Kunandar,2008)
2. Lembar observasi
Lembar
observasi adalah lembar pengamatan untuk mengamati kegiatan proses belajar
mengajar yang berlangsung dan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang
telah mencapai sasaran (Kunandar,2008:143)
F.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
- Metode
observasi
Observasi
merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan
secara langsung yang menggunakan indera penglihatan terhadap obyek penelitian,
sehingga dapat dilakukan penelitian terhadap perubahan yang terjadi pada obyek
penelitia.
- Metode
Wawancara (interview)
Metode
wawancara adalah metode dialog atau percakapan yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab pula secara lisan oleh responden.
Adapun yang
diwawancara dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran fisika untuk
memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran.
- Metode
dokumentasi
Metode
dokumentasi dalam penelitian ini adalah suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen, keterangan, arsip, dan catatan harian yang berupa
tulisan pada SMP Negeri 5 Monta.
G.
Teknik Analisa Data
- Tes hasil belajar
Sesuai
dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka untuk menganalisa data yang
diperoleh dari hasil tes siswa dipergunakan analisa hasil evaluasi dengan
menghitung prosentase ketuntasan belejar, sehingga dapat diketahui ketuntasan
belajar siswa. Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan belajar siswa
digunakan rumus sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata kelas
R =
Keterangan:
R : Nilai rata-rata kelas
∑X : Jumlah nilai
yang diperoleh siswa
N : Jumlah siswa yang
mengikuti tes
2. Ketuntasan Belajar Siswa Individu (KBSI)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KBSI = x 100
3. Ketuntasan Belajar Siswa Klasikal (KBBK)
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
KBSK = x 100%
- Data aktivitas belajar siswa
Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan skor yang diperoleh siswa, skor
tiap individu tergantung banyaknya perilaku yang dilakukan siswa dari sejumlah
yang diamati. Skor 4 diberikan jika semua diskriptor nampak, Skor 3 diberikan
jika 2 diskriptor nampak, Skor 2 diberikan jika 1 diskriptor nampak, dan skor 1
diberikan jika tidak ada diskriptor yang nampak dilakukan siswa.
b. Menghitung skor aktivitas belajar siswa
dengan menggunakan rumus:
As =
Keterangan:
As : skor rata-rata aktivitas
siswa
x : skor masing-masing
indikator
i : banyaknya indikator
Dengan
demikian, keberhasilan penelitian ini dapat dilihat dari :
1. Ketuntasan belajar, yakni tercapainya
Ketuntasan Belajar (KB) siswa, dimana KB dicapai jika 85% siswa memiliki nilai
proses ≥ 6,5
2. Aktivitas belajar selama proses
pembelajaran, yakni tercapainya aktivitas belajar siswa dengan kategori aktif
H.
Indikator Penelitian
Indikator Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari
adanya peningkatan rata-rata skor siswa pada kedua siklus yang akan terlihat
dari hasil evaluasi ketuntasan belajar siswa tercapai jika > 85%
siswa memperoleh skor minimal > 60
2. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari
adanya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui model PAKEM
yang akan terlihat dari hasil observasi.
Komentar
Posting Komentar